Resensi Novel ILY FROM 38.000 FT




Disusun Oleh :
Destiana Nur Rahayu





Identitas Buku
Judul : I Love You From 38.000 FT
Penulis         : Tisa TS dan Stanley Meulen
Penyunting : Fitria dan Kafisilly
Penerbit : Loveable
Penyelaras Akhir : Tisa TS
Pendesain Sampul: Screenplay Films
Penata Letak : Fabian
Tahun Terbit        : 2016
Cetakan         : Cetakan Pertama
Deskripsi Fisik : 192 Halaman, 12x18 cm
ISBN : 978-602-6922-15-1

Prolog :
Tisa TS sukses dengan dua novel sekaligus layar lebar Magic Hour (2015) dan London Love Story (2016) yang fenomenal dan menjadi box office di Indonesia sejak bergabung dengan Screenplay Productions. Hal itu membuat pemilik nama lengkap Georgia Patricia Titi Sari ini semakin melebarkan sayapnya menciptakan karya karya baru. Selain buku Pinkluv yang merupakan proyek idealis sebagai pecinta warna pink, pencipta quotes-quotes juga puisi dan cerpen, Ibu dari Tara, Tj, dan Loly ini juga sedang mempersiapkan novel dan layar lebar lainnya.
Tisa juga merupakan penulis skenario puluhan judul stripping seperti Diam-Diam Suka, Highschool Love Story, Alphabet, Love In Paris (yang juga sangat fenomenal), dan ratusan judul FTV. Sejak menjadi penulis skenario 11 tahun lalu, Mommy Tisa, nama kesayangannya dari para fans dan artis-artis yang dekat dengannya, masih disibukkan dengan karirnya sebagai Head of Creative di Screenplay Productions. Masih banyak proyek novel bersama Loveabel yang akan digarap dan tentunya akan difilmkan bersama Screenplay Films.




       Jakarta tampak cerah pagi itu. Di sebuah pemukiman elit ada seorang gadis yang berperawakan mungil dan berwajah unyu muncul mengenakan kain, kebaya, selendang, konde serta menyandang tas gendobg. Ia menyeret koper berwarna cerah dengan corak polkadot. Kakinya yang dihiasi sandal hak tinggi sekitar 7 cm berjalan agak terburu-buru di atas trotoar. Gadis itu adalah Aletta. Aletta memanggil taksi dan tak lama taksi datang. Di dalam taksi ia mengganti pakaiannya dan menghapus make up.
Tiba di bandara, Aletta sudah tidak lagi berpakaian ala ibu pejabat. Ia sudah memakai atasan putih dengan bawahan celana ketat dan sepatu modis. Dia bergegas masuk ke bandara untuk pesan tiket dan segera ingin bertemu dengan Bali.
      Di dalam bandara, ia menyamakan tiket jam keberangkatan yang ada pada papan elektronik. Para penumpang berhamburan masuk ke dalam pesawat dengan santai, disambut oleh para pramugari dan pramugara. Matanya menjelajah mencari nomor bangku. Tiba-tiba seorang cowok muda kece, berkulit putih, tinggi sekitar 175 cm, rambut lurus, dan berwajah Indo berusaha melewati Aletta. Mereka saling bertatapan dan Aletta memberi senyum pada cowok yang duduk tidak terlalu jauh di belakang Aletta. Tak lama muncul seorang cowok bergaya alay yang super ribet dengan membawa 3 tas dan menabrak orang-orang di sekitarnya. Dia Ali. Tempat duduknya persis disebelah Aletta. Aletta cuma meringis dan buru-buru mengenakan kacamata sambil membuang pandangan ke arah lain.
Suara tanda dari sabuk pengaman yang sudah aman untuk dilepaskan berbunyi, namun disarankan untuk tetap dipakai. Pesawat yang ditumpangi Aletta kini sudah lepas landas dan terbang semakin tinggi. Ali meninggalkan Aletta menuju toilet dan Arga mengikutinya. Tidak lama kemudian bangku sebelah Aletta terasa kembali diduduki, ia pasrah diganggu oleh Ali. Alleta melonjak kaget mendapati si cowok ganteng dengan senyuman manis yang sempat berpapasan dengannya duduk disampingnya. Suara pilot terdengar di speaker kabin pesawat memberitahukan bahwa pesawat sudah berada di ketinggian 38000 kaki. Aletta berkali-kali mencari perhatian dari cowok itu namun usahanya gagal.
        Pesawat yang terbang dari Jakarta itu mendarat dengan mulus di aspal Bandara Ngurah Rai. Para penumpang mulai turun dan menuju ke tempat pengambilan barang yang disimpan di bagasi. Saat sudah mendapatkan kopernya mata Aletta terus mencari cowok misterius yang telah menyelamatkan waktunya di atas pesawat dari Ali.
       Aletta langsung berjalan menuju tempat penjemputan untuk mencari taksi. Selang beberapa jam kemudian tidak mendapatkan taksi yang ia pesan, ternyata Aletta menunggu taksi di tempat yang salah. Tak lama mobil jenis SUV berwarna hitam lewat di depan Aleta dan mengerem mendadak. Mobil itu berhenti persis di depannya dan saat kaca mobil terbuka perlahan nampaklah wajah si cowok misterius yang diidolakan oleh Aletta. Arga menyapa Aletta dengan hangat. Aletta menjawab balik salam Arga yang masih kelihatan kaget. Arga pun menawari tumpangan kepada Aletta. Aletta langsung memasukkan barang-barang ke dalam mobil dan duduk manis tepat di samping Arga.
Setelah menempuh perjalanan sekian lama dari bandara akhirnya mobil SUV berwarna hitam itu sampai di sebuah hotel yang kelihatan seperti masih belum selesai dibangun. Pak sopir pun  membantu Aletta menurunkan barang-barang. Mobil SUV hitam itu pun langsung melaju. Tapi tiba-tiba Aletta mengingat sesuatu, bahwa ia lupa berkenalan dengan cowok misterius itu.
      Keesokan harinya, Bugy, teman Arga, terlihat mondar-mandir dan pusing. Jonah, salah satu dari tim bagian produksi Geography Channel dengan wajah kencangnya memberikan 'sarapan sedap' untuk Bugy karena tidak mendapat host. Akhirnya Rimba menimpali ocehan Jonah ke Bugy. Arga yang hanya mendengar perselisihan mereka lalu memanggil mereka mendekat dan memberikan pengarahan pada mereka sambil menunjukkan peta yang terhampar di atas meja, menunjukkan tempat-tempat yang akan digunakan untuk liputan. Namun permasalahannya tim ini tidak mendapat host yang cocok untuk liputan selanjutnya. Tiba-tiba seorang cewek cantik dan lumayan modis muncul mengetuk pintu. Suasana rapat yang tadinya sedikit tegang mendadak langsung mencair. Gadis itu perlahan memasuki ruang rapat. Ia mengenakan sepasang sepatu hak tinggi, dres mini ketat warna cerah, dan rambut sedikit bergelombang. Dia Aletta.
      Arga dan Aletta hanya bertatapan bingung, apalagi teman-teman Arga. Aletta beralasan bahwa ia datang ke kantor Geography Channel karena dua alasan. Alasan yang pertama karena ia tahu bahwa Arga membutuhkan seorang host dan yang kedua karena ia belum tahu nama cowok misterius yang diidolakannya. Bugy meledek Aletta yang berdandan seperti pelayan toko. Namun Aletta menampik ocehan Bugy, dan ia dengan pede-nya mempraktekkan gaya menjadi seorang host. Semua orang yang ada di ruang rapat itupun ketawa ngakak. Namun, komentar pedas keluar dari mulut Jonah. Ia benar-benar tidak suka dengan gaya Aletta yang menurutnya lebih terkesan seperti pelayan toko. Aletta terlanjur sakit hati dengan komentar Jonah dan memutuskan untuk pergi meninggalkan ruang rapat. Bugy berusaha mengejar Aletta namun Aletta tetap pergi tampa memperdulikan Bugy.
        Malam harinya Aletta kembali ke hotel. Ia masuk lobi hotel sambil nyeker. Saat sedang mencoba mengambil kunci kamar dari dalam tas, kaki Aletta tiba-tiba berhenti. Ada sosok pria yang baru saja membuatnya marah, sedang berdiri mematung di depan pintu kamarnya sambil memandanginya. Yap, itu Arga. Begitu melihat Arga, Aletta rasanya ingin marah. Ia ingin menumpahkan semua kesalahannya karena sudah direndahkan saat di kantor tadi. Arga menyapa Aletta dan mengulurkan tangannya. Aletta tak banyak bicara, hanya memandangi Arga dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pagi harinya di kantor Geography Channel, Arga sedang sibuk memberikan pengarahan kepada Jonah dan kawan-kawannya. Terdengar suara ketukan pintu dan Aletta masuk ke ruang rapat. Ternyata Aletta sudah diundang oleh Arga untuk ikut di timnya. Lantas mereka memahami agenda yang telah dibuat.
        Tim Geography Channel berangkat ke lokasi syuting menggunakan mobil Jeep. Tak lama, mereka sampai di pinggir hutan. Semua turun membawa barang masing-masing. Mereka berjalan ke sebuah padang savana dan membangun tenda di sana. Aletta membangun tenda dibantu Bugy.
      Esok harinya saat sinar matahari mulai menyengat, tim Arga sudah bersiap memulai pekerjaan mereka. Terlihat Bugy sibuk mencari Aletta. Aletta tidak ada ditenda. Semua bergegas pergi mencari Aletta ke pinggir pantai. Terlihat Aletta sedang jogging. Segera Arga memberikan pengarahan pada timnya sesuai agenda yang telah disepakati.
        Tim dan kru Geography Channel kini sudah tiba di sebuah pulau. Terlihat bahwa Rimba sedang meliput induk rusa yang sedang beranak. Tiba-tiba, bayi rusa lahir dan Bugy berteriak histeris sehingga mengacaukan suasana. Jonah pun meninggalkan tempat syuting dan liputan di tunda untuk sementara waktu.
        Malam harinya mereka menimang hasil syuting siang tadi, menilai kekurangan dan kelebihan gambar di video. Arga kelihatan kecewa begitu melihat hasil rekaman video. Semua menyalahkan Jonah karena mereka hanya mengikuti sususan acara yang kaku seperti acara kawinan. Lalu Aletta memberikan pendapatnya dan lagi-lagi disalahkan oleh Jonah. Arga memberikan kesempatan kepada Aletta untuk berpendapat. Dalam hati, Arga menghargai komentar Aletta.
         Setelah makan malam, Aletta berjalan menuju tendanya. Aletta kaget sekaligus berdebar begitu melihat setangkai bunga mawar merah di dalam tendanya. Ia mengira Arga yang telah menaruhnya disitu. Saat Aletta sedang merapikan tendanya, tiba-tiba Jonah berdiri dengan wajah penuh emosi dan berteriak. Membuat semua tim heran. Jonah memarahi Aletta karena ia telah mengira bahwa Aletta merusak agenda yang telah dibuatnya sedemikian rupa. Arga mulai mendekat.
      Jonah memperlihatkan agenda yang telah dicoret-coret oleh Aletta kemudian ia melemparkan kertas agenda itu ke wajah Aletta dengan kasar. Arga tak terima melihatnya dan berusaha membela Aletta. Arga pun sempat mengajak berantem pada Jonah karena dia pikir bahwa Jonah semena-mena terhadap timnya. Jonah yang di tantang berduel dengan Arga justru membisu.
         Selang beberapa jam, suasana di tenda sudah mulai tenang. Jonah yang sudah mulai kalem lagi sibuk mempelajari agenda buatan Aletta. Sementara Aletta bingung mengalihkan telepon dari seorang pria Jakarta bernama Dhito. Tiba-tiba teriakan Bugy memekik telinga semua orang. Segera semuanya berlarian menuju tenda Bugy. Awalnya semua berpikir bahwa nyawa Bugy terancam. Namun ternyata di alas tendanya ada seekor kadal. Arga kesal dengan Bugy yang menurutnya terkesan berlebihan. Rimba pun balik ke tenda. Aletta pun berniat ke tenda namun bergegas ke pinggir pantai karena ia tahu Arga sedang disana.
        Di pantai, ia menghampiri Arga dan duduk di sebelahnya. Arga bertanya pada Aletta alasannya bergabung dengan tim Geography Channel. Namun, bukan jawaban yang Arga dapat, justru tangisan Aletta yang membuatnya salah tingkah.
       Pagi harinya saat ombak saling bersahutan, Aletta terlihat jogging seperti kemarin. Arga menyapanya dan Aletta mendekat. Rupanya, Arga ingin bergabung dengan Aletta untuk berlari di sepanjang pantai. Mereka terlihat berlarian sambil sekali-sekali bercanda dan tertawa. Setelah berlarian mereka duduk istirahat sambil merasakan hembusan angin laut di pagi hari. Aletta menanyakan sesuatu pada Arga. Ia penasaran mengapa Arga memintanya untuk kembali bergabung di timnya. Arga menjawab bahwa ia mengetahui ketulusan Aletta.
        Hari semakin panas dan mereka memutuskan untuk kembali ke tenda untuk makan siang. Selang beberapa jam, seluruh tim Geography Channel bergegas ke sebuah kapal untuk menuju lokasi syuting berikutnya. Diatas kapal, Aletta dan Bugy berfoto ria ala-ala film Titanic. Diam-diam, Arga dan Bugy memperhatikan Aletta.
         Sekarang, mereka sudah berada di tengah laut bersiap untuk menyelam karena syuting hari ini dilakukan di bawah laut. Nampak Arga, Rimba dan seorang instruktur yang sudah mengenakan pakaian menyelam. Namun tiba-tiba Jonah datang dengan pakaian menyelamnya. Ia memaksakan diri untuk tetap ikut turun menyelam untuk meliput semua area sesuai agenda.
        Kini Arga tengah sibuk mengenakan perlengkapan selamnya. Rimba mendekatinya dan membicarakan soal Aletta. Rupanya Rimba sudah mengetahui bahwa Aletta menyukai Arga dan sebaliknya. Di saat itu pula Arga tidak mempunyai banyak kata untuk membalas pernyataan Rimba.
        Mereka berempat melakukan penyelaman cukup lama. Karena persediaan oksigen menipis, akhirnya mereka menyudahi proses syuting di dalam laut. Arga, Rimba dan instruktur selam sudah naik ke atas kapal,namun Jonah belum terlihat ke permukaan. Mereka merasakan insting yang tidak enak. Tiba-tiba Aletta menceburkan diri ke laut. Arga dan Rimba pun ikut terjun ke tengah laut menyusul Aletta.
        Di dalam laut, ternyata Jonah terjepit diantara dua buah karang. Persediaan oksigennya pun sudah sudah menipis dan kali ini ia ketakutan. Makin panik dan berontak, Jonah makin kesulitan keluar dari karang tersebut. Tiba-tiba dari kejauhan muncul Aletta yang meluncur cepat ke arah Jonah. Begitu sampai di tempat Jonnah terjepit, Aletta langsung berusaha menarik Jonah. Lalu datang Arga dan Rimba yang berusaha membantu melepaskan.
         Saat Aletta akan berenang naik giliran kakinya yang terjepit terumbu karang. Aletta terlalu lama berada di dasar air sehingga tak sadarkan diri. Arga dengan sigap menarik Aletta ke atas.
      Di atas kapal Arga terus berusaha memberikan nafas buatan untuk Aletta dan suasana kapal pun menjadi tegang dan panik. Tiba-tiba Aletta berteriak dan membuat Arga kaget. Namun Arga justru marah karena ia tau itu hanyalah akal-akalan Aletta saja. Arga pergi meninggalkan Aletta dan Aletta berusaha mengejar Arga.
       Tim Geography Channel memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah pulau yang eksotis untuk syuting terakhir. Saat Jonah turun dari kapal, ia menghadang Aletta dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya tadi.
       Keesokan harinya Arga, Jonah dan Rimba mengantar Aletta ke Bandara Ngurah Rai. Mereka berempat saling melepas peluk kepada Aletta. Arga mendekati Aletta, ia memberikan senyuman semanis mungkin dan memeluknya dengan erat. Sebelum Aletta pergi, Arga memberikan sebuah amplop kepada Aletta. Arga membisikkan pada telinga Aletta bahwa ia akan menyusul Aletta ke Jakarta. Aletta membalas bisikan Arga dengan mengatakan bahwa ia akan menunggu di Jakarta.
          Mereka berempat pun kembali ke kantor Geography Channel. Arga bertanya pada sekretaris kantor apakah ada pesan untuknya. Ternyata Pak Sastrodiningrat, teman koleganya akan datang terlambat. Padahal ia sedang mengejar jadwal tiket pesawat untuk terbang ke Jakarta. Karenanya presentasi kali ini ia serahkan pada Bugy dan Jonah. Sebelum meninggalkan kantor, Rimba tiba-tiba memberikan sebuah amplop kepada Arga. Namun karena Arga yang benar-benar mengejar jadwal tiket pesawat sehingga ia lupa bawa amplop pemberian Rimba tertinggal di atas meja.
        Di dalam taksi Arga resah dan terus melihat jam tangannya. Arga pun terjebak dalam macetnya jalanan. Setelah turun dari taksi ia berlari di antara kendaraan-kendaraan yang terjebak kemacetan. Saat tengah berlari menuju bandara tiba-tiba HP nya berbunyi. Bugy memberikan pesan bahwa Pak Sastro suka dengan materi presentasi timnya. Namun dengan pikiran yang kacau Arga berusaha sampai di loket tiket bandara dengan berlari. Sialnya, Arga ketinggalan pesawat dan diharuskan mengikuti penerbangan selanjutnya yaitu besok jam 06.00 pagi. Arga pun memutuskan untuk menginap di bandara untuk menunggu jadwal keberangkatan.
      Sementara Aletta di Jakarta tengah merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-19 bersama teman-temannya di sebuah klub malam. Sampai jam 12.00 malam, Arga tidak kunjung datang. Akhirnya Aletta membuka kado dari Arga yang isinya ternyata sebuah botol kecil terbungkus kertas yang bertuliskan 'I LOVE YOU' dan sebuah puisi. Aletta melanjutkan pestanya hingga dini hari.
      Sinar matahari menerobos masuk ke kamar Aletta. Pagi itu Mama Aletta membangunkan putrinya dari tidur lelapnya. Mama Aletta memberitahu bahwa Aletta di tunggu temannya di halaman depan rumah. Aletta berpikir bahwa yang menunggunya adalah Arga, namun perkiraannya salah. Aletta berusaha menghubungi Arga namun tidak ada jawaban dari Arga. Arga layaknya hilang meninggalkan tanda tanya dan misteri.
           Satu tahun kemudian. Aletta dan keluarganya tengah mempersiapkan pernikahannya dengan Ditho, calon suaminya, karena dijodohkan oleh Nenek Aletta. Aletta benar benar tidak merasa bahagia akan menikah dengan Ditho. Aletta benar-benar merasa kecewa karena ia merasa sudah dibohongi oleh seseorang dan membuatnya menunggu selama satu tahun lamanya. Semenjak ulang tahun Aletta semua komunikasi Aletta dan Arga terputus, tak ada satu pun yang tahu kemana perginya Arga, bahkan polisi sekalipun.
         Di sebuah toko baju pengantin, Aletta ditemani oleh Nenek dan Mama, nampaknya ia sedang mencoba baju kebaya pengantin untuk pernikahannya yang akan berlangsung sekitar dua minggu lagi.
         Malam harinya keluarga Ditho datang ke rumah keluarga Aletta, berkumpul untuk membicarakan acara pernikahan mereka. Namun, malam itu Aletta justru tidak ikut berkumpul bersama keluarga dan calon suaminya. Aletta malah mengurung diri di kamar sambil melihat foto-fotonya dengan Arga di laptopnya. Mamanya membuka pintu kamar Aletta dan menemukan Aletta tengah menangis karena kehilangan sosok Arga.
           Pagi harinya, suasana rumah Aletta sudah dihiasi oleh bunga-bunga dan hampir siap untuk menyambut pernikahan esok harinya. Pagi itu Aletta sudah berdandan karena akan bertemu keluarga calon mempelainya. Tiba-tiba HP nya berbunyi, terdapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Ia mengangkat panggilan itu, dan dari telepon itu ada suara menyapanya mengucapkan 'hallo' sambil terputus-putus. Aletta merasa aneh karena ia seperti tahu suara itu.
      Sore harinya, Bugy mendatangi rumah Aletta. Bugy menanyakan keadaan Aletta yang sebentar lagi akan menikah. Namun Aletta berkata jujur bahwa ia belum bisa untuk kehilangan Arga dan terus berharap padanya bahwa Arga akan kembali. Aletta menangis di pelukan Bugy.
          Hari pernikahan Aletta pun datang. Suasana di rumah Aletta pun ramai dan banyak dari anggota keluarga besarnya yang datang. Keluarga Dhito pun kemudian menjemput Aletta untuk menuju ke masjid yang digunakan untuk akad nikah. Di dalam masjid Aletta sudah duduk berdampingan dengan Ditho. Aletta mengenakan pakaian tradisional yang anggun. Semua anggota keluarga nampak tegang menantikan saat saat paling mengharukan dalam hidup Aletta.
           Ditho sesekali mencuri pandang kearah Aletta.  Ia tahu Aletta ingin menangis, jantungnya berdebar. Kemudian penghulu mulai memegang tangan Ditho dan mulai mengucapkan akad. Dhito kemudian mengulangi apa yang diucapkan oleh penghulu. Namun, Dhito tiba-tiba bangkit dan menghentikan acara pernikahannya. Suasana langsung hening dan penghulu pun heran.
Ditho menatap Aletta lekat lekat dan mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan pernikahan ini karena baginya Aletta berhak bahagia bersama orang yang diinginkannya. Dhito pun pergi meninggalkan masjid dan Ayahnya berusaha mengejarnya. Keadaan di dalam masjid semakin ribut. Kini tersisa Aletta dan keluarganya di dalam masjid saling memandang dengan beragam perasaan.










Penilaian :

Novel tersebut mengulas tema tentang percintaan yang sesuai dengan kondisi remaja jaman sekarang, sehingga para remaja yang tengah jatuh cinta  ikut larut terbawa suasana pada novel tersebut.

Pada bagian alur, penulis menyajikan alur maju sehingga pembaca mudah mengikuti setiap bagian cerita dan dapat mengembangkan imajinasi mereka. Penulis mampu menyajikan setiap kejadian secara runtut mulai dari awal kisah hingga bagian akhir. Dalam konteks peristiwa yang dikupas dapat tersusun secara rapi dan baik sehingga mampu memberikan penekanan untuk peristiwa yang akan diulas selanjutnya.

Dari aspek bagian latar, penulis mampu menyajikan berbagai macam latar sehingga dapat menguatkan suasana dan tidak membuat pembaca bosan. Latar yang diangkat tidak hanya berkutik di Bali yang menjadi tempat mayoritas para tokoh terlibat peran, namun juga melirik tempat lain seperti hutan dan savana di Jawa Timur, Batam, dan laut di Kepulauan Riau.

Dalam segi penokohan, penulis menggambarkan karakter tokohnya secara dramatik yang ditandai dengan adanya dialog diantara para tokoh. Penekanan karakter setiap tokoh terkesan wajar dan tidak terkesan dibuat-buat. Hubungan satu tokoh dengan tokoh lainnya cukup baik karena setiap pemeran mampu membawa karakter masing-masing.

Sudut pandang yang digunakan dalam novel tersebut adalah sudut pandang orang ketiga sehingga para tokoh mampu menonjolkan emosi masing-masing. Pembaca dapat mengembangkan imajinasi dan merasa puas dengan apa yang dijabarkan penulis karena perasaan dan kejadian diluar tokoh utama bisa diketahui pembaca.
Dalam novel ini, penulis konsekuen dalam menjalankan sudut pandang pada keseluruhan cerita sehingga pembaca tidak kebingungan memahami setiap ceritanya.

Amanat yang dapat dipetik dari novel ILY From 38000 Feet adalah :
Setiap orang mempunyai cara masing-masing dalam mengungkapkan rasa sayang dan cinta kepada orang lain
Tidak semua momen yang kamu lewati bersama orang yang kamu sayang harus terlukis diatas gambar namun cukup disimpan dalam hati
Perjuangkanlah seseorang yang patut diperjuangkan dan selalu percaya pada harapan bahwa kekuatan cinta sejati itu nyata
Berusahalah mengendalikan ego saat kamu mencintai orang lain. Karena bisa saja orang itu lepas karena ego mu terlalu tinggi
Jangan biarkan orang yang kamu sayang menunggu terlalu lama karena bisa saja ia bosan dan pergi meninggalkan mu

Pemilihan gaya bahasa dalam novel tersebut menggunakan bahasa modern jaman sekarang, seperti Gue, Lo, dan lain-lain. Hal ini mempermudah novel tersebut untuk dapat diterima masyarakat Indonesia khususnya para remaja karena mengikuti bahasa saat ini.
Dalam novel tersebut terdapat bahasa yang tajam dan sugestif untuk mengajak pembaca meresapi makna dari setiap peristiwa yang terjadi. Namun, di satu sisi juga terdapat gaya bahasa yang kurang tepat sehingga terkesan ambigu bagi pembaca.



Keunggulan :
Tampilan luar novel tersebut sangat menarik dengan adanya sampul depan dan belakang yang didominasi warna biru. Pada sampul depan novel, bagian judul sengaja dicetak timbul sehingga novel terkesan lebih mewah.
Selanjutnya bagian isi novel tersebut memiliki keunggulan cerita yang menarik tentang percintaan remaja saat ini dan bahasa yang mudah dipahami sehingga pembaca tidak merasa bosan. Cerita yang diunggah pun terkesan ringan dan membuat para pembaca mudah berempati. Disamping itu, dalam novel ini juga terdapat banyak kutipan yang diselipkan di beberapa halaman untuk memperkuat cerita sehingga pembaca dapat lebih mendalami cerita tersebut. Satu hal yang tidak kalah penting, bahwa di dalam novel tersebut juga terdapat serangkaian peristiwa yang menggambarkan eksplorasi indahnya tempat tempat di Indonesia.


Kelemahan :
Novel ini memiliki alur cerita yang sederhana dan mudah ditebak. Pada awal cerita tokoh utama sudah digambarkan jatuh cinta, sehingga kesannya mereka jatuh cinta terlalu cepat dan dipaksakan. Yang lebih disayangkan novel ini ditulis tidak sampai selesai dan kurang jelas, artinya cerita masih menggantung dan tidak ada jalan keluarnya sehingga membuat pembaca bertanya-tanya bagaimana akhir dari kisah cinta dua sejoli tersebut.


Kesimpulan :
Novel ini layak dibaca untuk berbagai khalayak khususnya remaja yang tengah jatuh cinta. Ceritanya yang ringan dan dikemas apik mampu membuat pembaca tersenyum atau tertawa karena terbawa perasaan.
Bagi kalian yang suka drama percintaan remaja saya sarankan untuk membaca novel I Love You  From38.000 Feet.

Komentar

Postingan Populer